GEGER BEKSI DI KAMPUNG BUDAYA BEKSI PETUKANGAN; "MEMBUAT KARYA - MENGGALI MAKNA”

GEGER BEKSI DI KAMPUNG BUDAYA BEKSI PETUKANGAN; "MEMBUAT KARYA - MENGGALI MAKNA”

Pemajuan kebudayaan dalam masa pandemi memang sulit dilakukan karena ruang apresiasi terutama dalam hal kesenian banyak terhambat. Hal itu terstigma oleh dunia kesenian yang mengundang banyak orang atau kerumunan. Tetapi dewasa ini dunia kesenian dan kebudayaan banyak beralih melalui virtual berkat kemajuan teknologi dan informasi. 

“Salah satu bentuk yang dilakukan adalah sharing atau diskusi sederhana yang diinisiasi oleh Yayasan Kampung Silat Petukangan yang menaungi Kampung Budaya Beksi,” ungkap M. Rido “Sarjana Beksi” selaku moderator pada Minggu, 6 Juni 2021 mengawali kegiatan rutin diskusi, apresiasi, atraksi dalam tajuk : "GEGER BEKSI" Gerak-Gerik Kampung Budaya Beksi dengan tema : "Membuat Karya - Menggali Makna" dalam sesi : Membahas Karya Puisi "TUHAN" oleh Narasumber : Nasir Mupid yang dibuka langsung oleh M. Soleh anak alm H. Hasbullah serta diselingi atraksi jurus Silat Beksi oleh Jumardi Akis dan disaksikan oleh Baba Muali Midi (seniman tiga jaman), Bang Edy Ruhiyat beserta Mpok Tuti (Beksi Mandor Minggu) serta tim kreativ Kampung Budaya Beksi Petukangan lainnya.

Dijelaskannya bahwa acara virtual yang bertajuk Geger Beksi (Gerak Gerik Kampung Budaya Beksi) awalnya adalah sebuah konsep diskusi sederhana yang dilakukan setiap hari Minggu yang dicanangkan oleh praktisi seni, seniman, dan budayawan Kampung Budaya Beksi.

“Seiring waktu berjalan akhirnya launching perdana Geger Beksi edisi pertama dengan tema "Membuat Karya Menggali Makna". Acara dipandu oleh Muhamad Rido, seorang penulis juga penggiat seni budaya. Lalu yang menjadi narasumber adalah Nasir Mupid, seorang seniman yang telah melalang buana dalam dunia kesenian,” jelasnya dengan penuh rasa takzim.

Ditegaskannya bahwa inti pada edisi pertama Geger Beksi adalah bahwa setiap karya memiliki makna, sekecil apapun karya itu. Sebab makna lahir dari sebuah proses pergumulan batin dan fisik seseorang yang berasal dari niat, keinginan, observasi yang brilian serta konsisten dalam pembuatan karya itu sendiri. Diskusi Geger Beksi dibuka oleh Muhamad Soleh, selaku anak kandung alm. Haji Hasbullah, satu di antara lima guru besar Beksi Petukangan dan juga ucapan Selamat Hari Lahir kepada Bapak Pesilat Dunia Kong Haji Edi Marzuki Nalapraya yang ke 90 tahun.

“Kedepannya kekurangan segala hal dalam acara ini akan dibenahai seiring waktu berjalan. Salam sehat dan semangat, salam budaya, salam kebajikan. Rahayu!” pungkasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Desa Wisata Kampung Budaya Silat Beksi

M. SAIDI; PAHLAWAN KAMPUNG PETUKANGAN Alm. Pahlawan M. Saidi lahir pada tahun 1925, putra dari alm H. Taing dan gugur pada hari Kamis tanggal 23 Agustus 1945 kurang lebih jam 11. 00 WIB. Catatan diatas bersumber dari MEMO : Surat - Penyerahan sehelai Bendera RI/Sangkaka Merah Putih, pusaka alm. M. Saidi bin H. Taing oleh Hamdanih selaku ahli waris dwngan disaksikan oleh M. Jachya (Ketua RW 06) dan Djayanih (Ketua RT 001/06). Bendera merah-putih tersebut dipergunakan alm M. Saidi pada waktu Perang Kemerdekaan RI tahun 1945 di wilayah Kebayoran Lama Jakarta Selatan, kepada Pemerintah Republik Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh Lurah Petukangan Selatan, Bapak H. A. Salam untuk disimpan dan dirawat sebaik-baiknya sebagai salah satu bukti sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. (Sumber : Bung Alifudin salah satu keponakan alm M. Saidi dan sekaligus keponakan alm, Bung Didi Supriadi selaku Ketua Karang Taruna Kec. Pesanggrahan Kota Adm Jakarta Selatan, Yayasan Kampung Silat Petukangan)