Legalitas Kampung Beksi : Noreg. Kemenkop dan UKM Nomor. 02011-1008-19, SK Disparekraf DKI Nomor : e-0006 Tahun 2022, Piagam Penghargaan pada 31 Januari 2023 sebagai Desa Wisata Binaan Kemenparekraf RI, Sertifikat Penetapan Silat Beksi menjadi Warisan Budaya Takbenda DKI, Sertifikat Penetapan Pencak Silat menjadi Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO, Ijin Usaha NIB : 0602240038869 KBLI : 90090.
H. HASBULLAH; LIMA GURU BESAR SILAT BEKSI PETUKANGAN
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
H. HASBULLAH; LIMA GURU BESAR SILAT BEKSI PETUKANGAN
Jakarta, Kampung Silat –Dalam penelusuran Tim Riset Kampung Silat Petukangan ditemui keterangan mengenai sosok H. Hasbullah yang dilahirkan di Petukangan pada tahun 1863. Ayahnya bernama H. Maisin yang masih merupakan keponakan dengan H. Gatong, sehingga silsilah H. Hasbullah dengan H. Godjalih adalah keponakan dengan paman.
Proses belajarnya H. Hasbullah dalam silat Beksi kepada H. Godjalih tergolong unik. H. Godjalih yang saat itu telah menguasai jurus dasar silat Beksi, hanya mengajaknya bersama teman sepermainannya untuk belajar silat Beksi. Saat itu belum ada syarat apapun dari guru kepada muridnya, tetapi dapat berakar kuat jalinan batinnya.
Kecerdasan serta ketekunan yang dimiliki H. Hasbullah sendiri telah mengantarkannya kepada pelajaran langsung di bawah pengawasan Lie Tjeng Ok. Sebuah sumber mengatakan bahwa setelah selesai belajar kepada H. Godjalih, beliau diminta dan diantarkan langsung oleh H. Godjalih kepada Lie Tjeng Ok untuk belajar langsung kepadanya. H. Hasbullah muda menjadi emban Lie Tjeng Ok sebagai gurunya langsung selama dua atau tiga tahun. H. Hasbullah sering diajak bepergian dan mengembara oleh Lie Tjeng Ok ke berbagai wilayah di Banten, Batavia dan Bogor. Tidak jarang H. Hasbullah belajar ilmu silat tambahan dalam pengembaraannya bersama Lie Tjeng Ok, Ilmu silat yang didapatkannya memang tidak pernah dijadikan jurus tersendiri tetapi hanya sebagai variasi atau kembangan saja.
CATATAN KAMPUNG SILAT PETUKANGAN "Berapa banyak batang bambu, sisik melik berkawan-kawan - Berapa banyak eluh punya lagu, mati mendelik masing guah lawan" Walau tak lagi muda, tapi Baba Dasik Aripin (75 tahun) terlihat "gagah" berpantun "jago" pada Prosesi Palang Pintu dalam rangka Resepsi Pernikahan Listya-Hafiz belum lama ini di Kampung Rajeg, Tangerang-Banten. Selama hidupnya, Baba Dasik Aripin "mewakafkan" dirinya untuk pembinaan dan pengembangan jurus Beksi yang selalu mengiringi saat Prosesi Palang Pintu, sejak dulu hingga kini. Apa sebab? Menurut Baba Dasik Aripin bahwa beliau merasa "berhutang budi" kepada tokoh/pahlawan Beksi Petukangan alm H. Godjalih yang telah memberikan nama Dasik Aripin saat kelahirannya. Dan beliau berharap bahwa dirinya dengan jurus Beksi akan terus mengiringi Prosesi Palang Pintu hingga akhir hayat. Selain itu, terus membina generasi muda Beksi agar tetap giat berlatih Beksi rutin setiap m...
Komentar
Posting Komentar